Wahai sang rembulan pembawa cinta bersama angin dingin dimalam hari yang menyejukkan hati, roda terus berputar tanpa dikayuh, lalu lalang kehidupan bak pengembara cinta, hawa dingin tanpa senjata bagaikan tombak bermata dua, perahu kayu berwarna merah terpesona dengan semilir sejuknya angin malam, air sungai yang terus mengalir hingga menggapai permukaan laut, perbatasan tanpa garis tepi dua tempat yang sama tetapi berbeda rasa, layaknya sebuah insan yang mengembara untuk merasakan cinta, berbeda hati dan pikiran tetapi mempunyai rasa yang sama, siapa yang dapat melakukannya ? bukankah ia sang pemilik hati?
Wahai zat pemberi rasa sang pemilik garis tanpa terlihat, tetapi dapat dirasakan dengan hati, bukankah garismu tak pernah salah? layaknya awan dan langit, layak nya rembulan dan matahari, hikayat kehidupan seperti bersenggama mesra, seperti air mata bidadari yang mengalir bukankah hanya engkau yang tau ia menangis bahagia atau bersedih, layaknya pahlawan yang sedang tersenyum bukankah hanya engkau yang tau senyumnya bahagia atau menutupi kesedihannya, wahai sang pemilik cinta membohongimu sama saja seperti menggenggam belati tanpa gagang.
Pengembara cinta bertanya kepada sang pemilik cinta, wahai sang pemilik cinta adakah yang lebih tajam dari sebilah belati? sang pemilik cinta pun menjawab jangan kau cari itu, pujilah ia kepada Rabb yang maha kasih.
0 komentar:
Posting Komentar